Kenapa Aku Harus Disini?

mesjid raya baiturahman
mesjid raya baiturahman

Hujan itu kini telah reda. Hanya tinggal titik yang jatuh dari dahan pohon akasia didepan rumahku. Bau tanah yang terhempas air masih terasa menusuk hidung siapapun yang berada didekat rumah ku. Sudah satu minggu ini hujan selalu menyirami tanah nanggroeku. Awan kelabu dan terkadang lebih pekat dari air payau yang mengalir di alue naga selalu melukis langit setiap sore hari. Angin yang berhembus sekencang tukang becak penayong yang mengejar setoran perhari membawa seribu jarum yang siap menusuk tulang pejalan kaki yang lupa memakai baju penghagat.

Mataku masih memandang keluar dari sebuah jendela kaca yang sedikit buram karena aku sering lupa bahwa aku punya enam jendela kaca dirumahku yang harus aku bersihkan setiap bulannya. Mataku juga masih menangkap sisa-sisa butiran hujan yang masih jatuh dari atap seng rumah kontrakanku dan otakku masih meraba memori-memori yang aku simpan dibelakangnya.

Continue reading Kenapa Aku Harus Disini?